Senin, 22 Februari 2010

SEBUAH PENANTIAN (Episode 2)

Ajaran Abahku sepertinya harus kulanggar saat ini,aku memberi bingkisan yang berisikan kertas kosong berwarna ungu merahmuda dan kuletakkan di gantungan loker joseo.

Aku kembali ke Qatar. Ku usap keringat dan sedikit debu tebung yang lengket. “ panas bah, klo abah capek biar liya aja yang menyetok roti keju ketoko “ tawar ku pada abah yang sudah menengguk 3 gelas air mineral “ ia… silahkan, bila kamu tidak lelah liya. “ jawab abah mengusap tangannya yang penuh tepung.

* * *
Air mineral kembali ku ingat lagi cinta sejati ku yang jatuh pada Joseo. Kemana dia sekarang? Apakah dia menyadari isi maksud kertas kosong dariku ? entalah kucoba untuk melupakannya.

Ku dorong sepeda keranjangku yang penuh berisi roti keju yang akan kustor kekedai – kedai di pasar Qatar. Sayup angin memberi semangat mengayuh sepedaku. ya… sudah 3 tahun aku tidak bertemu dengannya tepat tahun depan seharusnya aku akan menjadi sarjana fakultas kedokteran Al – Azhar. Dan setelah itu akan aku ingat Joseo sudah menjadi seorang dokter spesialis. Ya Tuhan. Aku sangat mencintainya.


* * *

Aku bekerja keras membanting tulang demi bisa menyekolahkan Sadam ke Al – Azhar. Otaknya cukup cemerlang, dan tahun ajaran baru ini ia diterima di fakultas kedokteran aku berjanji akan terus menyekolahkannya dan menyembuhkan kak Nisha dari sakitnya. Tulang perih seperti dipukuli orang aku tak peduli aku akan berjuang. Aku membaca email kiriman sahabatku di Kairo. “ Assalam… khaliya…apa kabarmu sekarang ? Alhamdulilah kami sudah menjadi seorang tenaga medis di Jakarta. Kami sangat oae message dari Rhamanda pusung. Sahabat dari Jakarta saat aku berkuliah di Kairo jujur saja, terkadang aku menyesal tidak bisa melanjutkan kuliahku. Itulah takdir tetap harus aku jalani.

* * *

Saat ini ku pegang erat tangan halus kakak tersayangku Anisha. Wajah cantiknya tetap saja kelihatan, walaupun pucat keringat dingin bagaikan topeng yang menutup wajahnya. Ya Allah, tidak…

Kudorong tempat tidur pasien menuju kamar gawat darurat rumah sakit besar di Qatar. Tak ada yang bisa kuucapkan lagi selain beristigfar menyebut nama Allah. Selamatkanlah nyawa hambamu ini. Tertunduk lemas kepala dan badanku yang sudah tak bisa aku sadarkan aku takut sekali kehilangan kak Nisha, aku sangat menyayanginya. Tak lama kemudian seorang suster menghampiriku nona, sebaiknya menghubungi Rumah Sakit lain! Karena dokter spesialis kanker sedang tidak ada ditempat saat ini “ ungkap perawat itu hampir meninggalkanku langsung ku sambungkan perbincangan kami “ apa sus? Tidak mungkin Rumah Sakit sebesar ini kehabisan dokter wanita spesialis kanker? “. “sebenarnya, dokter yang lain ada. Tetapi laki – laki. : anda tau kan di Arab Saudi dokter laki – laki tidak boleh dan di haramkan untuk mengoperasi pasien yang bukan mahromnya. Itu berlaku di Rumah Sakit ini, harap bisa dimengerti.” gegas suster itu “ baiklah sus, tapi apakah saya boleh menghubungi dokter laki – laki itu ? dimana ruangannya? “ baiklah, silahkan anda menghubungi pusat informasi di ujung dekat pantri. “ ramah senyum suster itu “ terima kasih … Assalamualaikum “. “ Waalaikumsalam, permisi…”


* * *

Berembun sudah kaca yang berada didepan wajahku melihat selang – selang kecil menolongnya detik demi detik. Tetesan air ini pelan – pelan menjatuhi pipiku. Hanya dari kaca ini aku dapat melihat kak Nisha. Ya Tuhan, aku sungguh menyayanginya.

“ Sudah… biar umi saja yang jaga kak Nisha. “
Ternyata umi sudah datang untuk menjaga kak Nisha.
“ U..umi…? “ sahutku terisak.
“ Khaliya…km juga butuh istirahat, pulanglah… biar Umi yang disini. Paksa Umi halus.
“ Ia Umi “ sambil teranguk.
Senyum Umiku bagaikan teh manis dingin yang dapat dirasakan saat terbakar dahaga. Begitulah, dapat memberikan semangat di setiap saat aku membutuhkan motivasi.

* * *

Hujan turun begitu deras. Kutarik nafasku kubangkitkan ragaku dari kursi tunggu rumah sakit. Kuyakinkan perasaanku untuk menemui dokter laki – laki spesialis kanker yang katanya tersisa satu itu.
Kanan kiriku mulai sepi, mungkin karena waktu jam besuk sudah habis. Hanya kak Nisha dan kesembuhannyalah yang sangat kubutuhkan saat ini. Ruangan dokter itu cukup jauh. Kulihat papan yang bertuliskan nama dokter yang terdapat masing – masing pintu kamar praktek.


NEXT TO episode 3

0 komentar:

Posting Komentar

 

original on me ! Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon