Minggu, 27 Maret 2011

Rumah Baru

guys, baru aktif lagi blog gw.... hampir 2 tahun gak keurus.....oh iya, kmaren gue nyoba ngirim cerpen loh. tapi blm ad njwban , mudahan sukses deh buat cerpen gue !!!!
cayoooo..
Continue Reading...

Minggu, 23 Mei 2010

kata ajaib

"Sukses berjalan dari suatu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat...."
Continue Reading...

Senin, 05 April 2010

seruu sebuah angan

lantun hatii membuka jemarii ku membuka
menafsir sebuah angan .
akankah ini terjadi ?
semoga Tuhan mengijinkannya .

tak satupun peduli tentang mimpii kuu ini .
tapii hatiikuu amarah mendengarnya .
aku ingin meraihnya .
dengan segala daya dan upaya ku .
walau tak mungkin .
Continue Reading...

Senin, 22 Februari 2010

SEBUAH PENANTIAN (Episode 6)

Hari demi hari, duka itu memudar. Keluargaku juga mengikhlaskan kepergianku kak Nisha menghadap sang Khalik. Aku berlari mengejar bis menuju Qatar. Tapi aku terjatuh dan kakiku terkilir. Mobil sedan itu menabrakku. Aku segera dilarikan ke rumah sakit.

Sebenarnya lukaku tidak parah. Hanya saja orangtuaku terlalu cemas dan khawatir. Joseo yang merawatku.
“Bagaimana denga nterapi Dok?” ungkapku
“Bisa…tapi, itu lebih baik dengan Dokter wanita” ujar Joseo
“Baik, terimakasih” Ujarku
Andai saja Joseo adalah suamiku pasti….hah lupakan!
“Sebenarnya …. Kamu menikah dengan saya”
“Apa dok? Tapi kan ini tidak pakai operasi? Kagetku
“Ia …. Tapi ini karena cinta” jelas Joseo dan langsung pergi

* * *

Aku hanya tersenyum berharap omongannya itu benar
Pintu pasien terbuka oleh Abah dan Umi
“Abah? Umi? Kan Liya bilang malem ini Liya ga usah dijaga. Abah & Umi kan cape.” Ungkapku
Aku diam belum sempat bicara, tiba-tiba kulihat sosok Joseo
“Joseo melamarmu nak!” ujar Abah
Umi tersenyum sedang aku terdiam

* * *

Ternyata Joseo tahu tentang surat kosong ungu muda yang kuberi saat kulai. Ternyata ia mencintaiku. Bukan kak Nisha. Sebenarnya ia tahu bika kak Nisha tidak berumur samapai akad tiba. Dan ia berharap aku yang menggantikannya. Ya Tuhan.. Abah & Umi serta Joseo meminta jawabanku
“Apakah aku bersedia dipersunting Joseo”
Aku mencintai Joseo

* * *

“Saya terima nikahnya Khaliya Rhisyab binti Sultan Adzahar Rhisyab dan mas kawin seperangkat alat sholat dan cinta sejati dibayar tunai”
“syah? Syah…”
Selesai sudah Joseo menyatakannya. Aku dan dia sudah bisa membuat keluarga baru. Ternyata, dari keikhlasan itu lah aku dapat meenrima anugrah yang lebih indah.



Cinta itu adalah segelas air putih
Rasanya hambar bila tidak terbakar dahaga
Akan tetapi berasa kurma bila membutuhkannya
Itulah cinta

Anugrah terindah dari Tuhan
Kebahagiaan dibalik kesengsaraan
Rahmat dari segala keikhlasan
Kesucian dibalik kasih sayang

Jadilah dirimu sendiri didepan orang yang kau cintai
Jangan kau buktikan kesempurnaanmu
Agar di dapat mencintai kekuranganmu
Dan menghargai dirimu apa adanya

Biarkanlah ia pergi apabila bukan jodohmu
Tapi, jagalah dia..
Apabila ia tercipta untukmu…


Itulah penantianku
Penantian Dengan Sebuah Keikhlasan


THE END
Continue Reading...

SEBUAH PENANTIAN (Episode 5)

Kugenggam ujung tempat tidur pasien sambil kudorong kuat-kuat kugigit kencang bibirku. Kuusap keringatnya sesekali. Dan percikan tetesan asin dari mata ini pun jatuh. Penyakit kak Nisha kumat.

* * *

Kak Nisha sakit sejak 7 tahun lalu. Penyakitnya langka yaitu kanker payudara. Dan syaraf kepalanya sedikti terganggu mungkin itu sudah takdir. Tapi, aku rasa itu sangat menyedihkan. Itu tidak adil.

“Khaliya…saya tidak bisa mengoperasikan?” ungkap Joseo
“Tolong Dok. Berapapun biayanya atau…”
Joseo memtong pembicaraanku
“Bukan masalah biaya. Tapi mahrom tidak sepantasnya seorang laki-laki bukan? Bilapun ada cara pasti saya akan lakukan.” Jelas Joseo
“Izinkan saya menikahi dia” Ujar Joseo
Aku melotot bengong, benging tak percaya. Aku tidak terima. Aku pingsan

* * *

Hujan turun deras sekali. Keadaan rumahku semakin ramai. Kugigit kedua bibirku utnuk menahan rasa sakit di hati ini. Ya… nanti malam kak Nisha akan dipersunting Joseo. Aku harus mengikhlaskan itu. Demi kebaikan kakak tercintaku. Ak harus tetap bahagia. Kupandangi wajah cantik kak Nisha, hanya dengan polesan bedak bayi @ lipstik yang sangat tipis ia terlihat sempurna.
Joseo adalah anak yang lahir oleh 2 agama. Ayahnya muslim sedangkan ibunya Protestan. Setelah ayahnya meninggal ia mengikuti agama ibunya. Padahal sebelumnya ia muslim. Resmilah sudah ia menjadi muslim lagi setelah ibunya meninggal.

* * *

“Silahkan, bisa dimulai akad nikahnya” ujar seorang penghulu. Batinku mnejerit aku tidak ingin melihat Joseo mempersunting wanita lain. Yang tidak lain adalah kakakku sendiri. Aku ingin pergi dari tempat itu. Tapi, bagaimanapun aku harus tetap menjadi saksi kebahagiaan kakakku. Dan kebahagiaan cinta sejatiku Joseo Taro.

* * *

“Bismillahirrahmanirrahim..saya nikahkan Ananda Joseo Taro bin Taro Muhammad dengan Ananda……”
“Abah……….” Umiku menjerit
“Astaghfirullah …ada apa Umi?” tanyaku
Umiku menangis dan tak sadarkan diri
Aku mulai menyesali kecemburuanku. Seharusnya, aku senang dan bahagia bila Joseo lebih cepat menikahi kak Nisha. Agar operasi bisa dijalankan dengan cepat. Sekarang? Apalah artinya semua? Kak Nisah sudah menghembuskan nafas terakhirnya di R.S. Joseopun belum sempet melanjutkan akad nikah. Karena mempelaiany sudah meninggal.

* * *

Pemakaman kak Nisha sangat membuatku dan keluarga terpukul. Sadam pulang sementara ke Qatar dan aku mengundur kepergianku ke Kairo. Untuk ketenangan Abah dan Umi.
Joseo datang denagn kemeja hitam membawa setangkai bunga dan diletakkan diatas makam kak Nisha. Kulihat ia berdoa.

* * *

NEXT TO episode 6
Continue Reading...

SEBUAH PENANTIAN (Episode 4)

Suasana Qatar hari ini terasa sangat panas. Kuangkat keranjang roti yang tersisa sekitar 15 potong roti lagi yang seharusnya ku stor kekedai tetapi kedai tersebut tutup. Terpaksa harus kubawa pulang. Aku berbalik aku ingin bertemu kak Nisha, siapa tau Allah memberi Anugrah dengan memberi kesembuhan pada kak Nisha.

“Khaliya Rhisyab”
“Dokter..” aku menoleh kearah suara yang memanggilku ternyata Joseo menyebut namaku lengkap
“Ada kabar baik untukmu”
“Alhamdulillah..apakah itu Dok” kami berbincang sambil melangkah menuju kamar kak Anisha.
“Liya…”
“Kak Nisha..”
Sesosok kak Nisha bangun berbicara memanggil namaku diatas kursi roda yang ia jalankan sendiri.
“Kak Nisha Alhamdulillah” ke berlari dan kupeluk ia betapa indahnya anugrah Allah.
“Semua ini, berkat Allah mengirimkan malaikat berupa Dokter yang berhasil menyelematkan kakak dari koma” jelas Kak Nisha.
“Terimakasih Dok”
“Ia..berterimakasih lah kepada Allah” ungkapnya
Denan memberikan senyuman tampan dari lesung pipinya kurasakan kebahagiaan itu datang.

* * *

Hari demi hari kesembuhan kak Nisha mulai menunjukkan wujudnya. Aku dan Joseo menjadi lenih sering bertemu kudorong kursi roda kak Nisha
“Kapan saya bisa pulang Dok?” tanya kak Nisha
“Kak Nisha, kaka kan belum sembuu banget mendingan kakak dirawat dulu” ujarku
“Ah….Khaliya” kaka Nisha sambil cemberut
“Siapa bilang boleh pulang? Dan siapa juga yang bilang kamu udah sembuh?” senyum Joseo
“Jadi?” ungkapku
“Kak Nisha boleh pulang. Asalkan kontrol nya rutin. Dan tetap jaga kesehatan dirumah” jelas Joseo.
Senyum kak Nisha dan aku sungguh bahagia. Selendang merah itu pun tambah mempercantik indah wajahnya kak Nisha. Kak Nisha memang cantik. Orang-orang selalu berkata bila gula sudah berubah rasa menjadi asin maka semut tetap akan mengerubunginya. Begitulah kak Nisha, walaupun ia sakit tapi wajahnya yang indah nan berseri tetap membuat kaum Adam jatuh hati.
Minggu lalu saja, Abah kembali menolak lamaran seoranh pria pengusaha minyak pada kak Nisha. Walaupun ia sakit.

* * *

“Dokter Joseo itu baik ya!” uangkap kak Nisha
“Ia… namanya juga Dokter kak.” Jawabku
“Kenapa ya Khaliya… satu aja dari sekian banyak laki-laki yang melamar kakak itu Dokter Joseo.” Lanjutnya
Aku sedikit terdiam mungkin tak sanggup menjawab. Ya Tuhan sebenarnya aku bahagia kak Nisha sembuh. Tetapi, aku tidak ingin Joseo menjadi milik kak Nisha
“Khaliya….?” Ujar kak Nisha mengagetkanku
“i..ia..oh apa kak? Jawabku
“Ih…kamu nih…ngelamun terus….mikirin cowok ya? Kalo mikirin tuh atau nyari yang berkelas dong! Kaya Joseo gitu ..” ungkap kak Nisha meledek dan meninggalkan aku
Kugigit bibir atasku erat-erat …aku merasakan sesuatu yang tidak kuinginkan. Mataku kering, badanku kaku, jantung ini seperti mati
Aku takut kehilangan Joseo

* * *

“Abah …. Dimakan rotinya” ujar Umi
“Tunggu dulu….Abah ingin bicara pada Khaliya” lanjut Abah
Aku duduk disamping kak Nisha entah mengapa kak Nisha menjadi lebih kaku dan tidak seramah dulu. Perasaanku sedikit iri melihat ibu dan Abah terlalu memperhatikan kak Nisha. Ya, mungkin ini akibat hampir 7 tahun kak Nisha tidak bergabung dimeja makan ini.

* * *

“Khaliya, Abah memutuskan untuk menyekolahkan kamu ke Kairo lagi” Ujar Abah
“Apa Bah? Buat apa? Bukankah Khaliya sudah tertinggal jauh pelajaran. Khaliya tidak mungkin sekolah lagi” jawabku
“Itukan masalah gampang Liya. Umi dan Abah punya uang yang cukup untuk memperindah masa depanmu!” cetus umi
“Ia..Liya…terima kasih seharusnya kamu sama Umi dan Abah” lanjut kak Nisha
“Tapi kan…” potongku tetapi Abah memaksa
“Abah sudah pesan tiket untuk penerbanagn ke Kairo hari Minggu. Kamu masih punya 4 hari untuk bersiap-siap” jelas Abah

* * *

Aku hanya diam. Rasanya aku ingin menangis. Aku takut berpisah dari Joseo aku Kairo sedangkan Joseo dan kak Nisha dekat Qatar. Aku takut apa yang aku takutkan terjadi lagi. Tapi, sholat Tahajudku semalam sedikt membuka pintu hatiku untuk bersikap positif.

Kurapikan barang-barang. Biarpun airmata ini hanya bernyanyi dihati saja. Namun, aku merasakan sayap-sayap cintaku patah. Seperti impian & cita-citaku 4 tahun yang lalu. Ketika aku harus meninggalkan Kairo dan kembali ke Qatar meninggalkan Joseo. Itulah dia.

* * *

“Liya..kamu pake baju ku nih, kegedean. Badan mu kan sekarang lebih besar dari aku” ujar kak Nisha
Padahal bukan sekarang saja. Dari dulu bdannya memang langsing.
“Taro aja ntar aku pake” Ungkapku
“Aduh…”
Kenapa kak?”
“Kepalalu pusing..gak tahan…tolong kakak, Liya!”
“Umi…Abah….”teriakku

* * *
NEXT TO episode 5
Continue Reading...

SEBUAH PENANTIAN (Episode 3)

“ Mungkin ini ?? “ tanya ku.
Tak lama kemudian aku membaca sebuah nama dokter no.kamar praktek G. dr. Saleh Muhammad.
Kugenggam tangan kananku perlahan kupukul sapa pintu yang berwarna putih dengan bolongan kaca di tutup dengan horden biru.
“ Assalamualaikum… Assalamualaikum. “ salamku.
“ Waalaikumsalam…silahkan masuk. “ suara laki – laki setengah tua itu.
“ Permisi dokter…ada yang saya mau bicarakan tentang kesehatan kakak saya. “
“ Ia silahkan… siapa namanya kakak anda.”
Tatap sedikit menunduk dokter itu.

* * *

“Suster… suster…” teriak Umi dari dalam kamar pasien kak Nisha sambil menekan tombol darurat. Nafasnya sangat pendek…terkadang dadanya terhaik karena sesak dan rasa sakit yang menyerang tubuhnya yang indah menjadi sangat kurus. Umi terus beristigfar menyebut nama Allah “ suster…” teriak Umi ku sambil menangis “ ada apa ibu ???” tanya seorang suster dengan datang satu orang perawat lagi.
“ Tiba…tiba saja badannya terguncang “
“ Suster… saya akan memanggil dokter dulu “ pinta ijin seorang suster kepada suster yang satunya lagi. Tak lama datang seorang dokter dan bergegas menolong kak Nisha.
* * *

“ Apa dokter…dokter tidak bisa membantu kakak saya ?”
Nadaku sedikit meninggi karena emosiku mulai naik.
“ Saya benar – benar minta maaf sebelum dan sesudahnya.” Pinta dokter Saleh itu.
“ Dimanakah perasaan dan keprofesionalan anda sebagai dokter ? dimana dok? “
“ Mohon maaf dek…saya bukan spesialis kanker, tapi saya adalah spesialis gizi… bagaimana caranya saya bisa membantu?” Ungkap jelas dokter itu.
“ gizi? “ diamku tanpa kata.
Aku sangat shyok. Aku sudah sangat lama bercerita panjang lebar tentang penyakit kakakku. Ternyata… ya Allah. Aku salah masuk ruangan.
“Hanya tersisa satu dokter spesialis kanker disini. Ruangannya disebelah kiri… tepat didepan saya. “
Baru ku sadari. Pusat informasi itu menyuruhku berjalan lurus dari pusat informasi dan ruangannya di sebelah kiri. Tetapi, karena tadi aku kelewatan dan terburu-buru. Aku mencari dan berbalik arah. Astaghfirllah.
“amaafkan saya Dok. Permisi Assalamu’alaikum” pamitku
“Wa’alaikumsalam”

* * *

Kutarik perlahan agak tertutup rapat pintu Dokter Saleh. Dan bergegas aku kedepan pintu tepat didepan ruangan Doketr Saleh.
Kakiku gemetar, keringatku mendingin, langkahku melambat. Bibirku ku gigit kencang-kencang. Saat kubaca nama Dokter yang ada tertulis pada papan kecil menempel di pintu no.9 Dr. Josea Taro.

* * *

Aku berlari dengan maximal langkah yang diberikan jilbabku. Rasanya aku ingin menangis, tapi aku bahagia. Setidaknya aku dapat melihatnya lagi tanpa memikirkana resiko yang akan terjadi selanjutnya.

Pintu kamar pasien Kak Nisha Terbuka sedikit aku tak melihat sosok Joseo. Dimanan dia?”
“Anisha .., bangun nak!” Tangis ibu ku
“Tenang bu, keadaan sudah stabil. Saya tinggal ya bu. Assalamu’alaikum” pamit suster itu.
“Terimaksih sus” ucapku
“Kembali” jawab susuter itu sambil memberikan senyuman
Aku tak sadar bila air mataku leluasa menempel dan bernyanyi dipipiku
“Keadaaanya baik-baik saja tak perlu sangat dicemaskan” suara berat seorang laki-laki
“Alhamdulillah” kaget dan sangat shok ketika aku menoleh ke hadapannya
“Dokter Joseo?” tanyaku lirih
“Ia … tepat seklail anda Khaliya?”
“Benar da darimana anda tau?” terisak nafasku
“Ibunda anda, baiklah apabila kakak anda membutuhkan sesuatu silahkan hubungi saya. Mulai sekarang saya doketr tanggung jawabnya” jelas Doketre Joseo
“Terimakasih ..Assalamu’alaikum” pamitku berpaling
“Wa’alaikumsalam”
Langkahku terhenti ketika aku mendengarnya menjawab salamku sebagai muslim
“Lain kali kita bisa sambung lagi perbincangan kita bukan?” sambung sengaja Dokter Joseo
Aku bisa mengangguk memberi sedikit senyuman manis.


NEXT TO episode 4
Continue Reading...
 

original on me ! Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon